Mengenang Jockie Suryoprayogo: Musiknya Berjiwa dan Bercerita

3 tahun berlalu, persisnya tanggal 5 Februari 2018, Salah satunya pakar legendaris sudah itu berpulang. Saya ingin menulisnya, karena dari zaman masih koloran kemana saja sampai zaman korona membuat saya takut kemana saja, beberapa lagu mendiang masih kerap saya dengar.

Untuk saya, Jockie Suryoprayogo adalah dari 2 dewa musik Indonesia, kecuali Ian Antono. Ia bukan hanya dapat bertanding di beberapa saluran – dari Rock, Jazz, sampai Pop. Tetapi musiknya dapat membuat lagu apa saja jadi mahal dan khusus.

Saya paling senang God Bless, Chrisye, Andi Mariem Mattalata, Dian Pramana Poetra – saat beberapa lagu mereka mendapatkan sentuhan mendiang. Kemungkinan terdengarannya terlalu radikal ya. Tetapi memang demikian kok. Sumpah. Bukanlah beberapa nama legendaris itu menjadi kedodoran tanpa mendiang lho. Mereka masih yang terbaik, tanpa atau dengan musikus specialist keyboard ini. Namun Jockie, menurut saya, membuat mereka prima.

Chrisye, misalkan. Jujur, beberapa lagu yang saya gemari dari vokalis yang legendaris ini ialah saat masih bersama Yockie dan Eros Djarot. Yang menghasilkan beberapa lagu kekal jenis Sabda Alam, Malam Pertama, dan Smaradahana.

Group rock legendaris God Bless sama juga. Saya paling senang saat susunannya masihlah ada Yockie ada di belakang Keyboard. Memang sich, saat ini banyak yang ngomong album Cermin – yang minus Yockie – ialah yang paling cendekia. Tetapi karena mungkin itu saya butuh waktu dua puluh tahun buat pahami baiknya di mana. Itu juga dapat menjadi salah pahami. Hehehe.

Sementara beberapa lagu God Bless yang plus Jockie- seperti Huma di Atas Bukit, She Passed Away, Badut-Badut Jakarta, Maret ’89, Menjilat Matahari, Apa Berita – tidak perlu gunakan lama. Pertama dengar langsung hinggap di batin dan sampai saat ini menampik keluar.

Classic dan progresif. Kemungkinan itu dua kata yang dapat digunakan memvisualisasikan ciri-ciri musiknya Jockie. Banyak komposer lain kemungkinan dapat membuat lagu bagus. Tetapi Jockie satu diantara sedikit yang dapat menemaninya dengan melodi yang seakan hidup, berjiwa, dan menceritakan. Tanpa perlu lirik.

Dengan jari-jarinya, saya tak perlu menanti reffrain untuk rasakan ‘tendangan’ sebuah lagu. Bahkan juga saya tak perlu menanti vokalisnya mulai menyanyi. Dengarkan intro-nya saja telah rasakan klimaks pertama.

Scroll to top
error: Content is protected !!