Ilusi Eskatologi (Kehidupan Setelah Kematian)

Mengelana bukan opsi yang pas untuk penulis. Argumen penulis mengelana karena orangtua telah tidak kuat untuk bekerja. Ditambahkan adik-adik penulis yang kecil. Mereka perlu figur sebagai anutan mereka. Khususnya dalam periode perkembangan mereka. Pasti orangtua ialah anutan sejati. Lebih jauhnya, anutan dalam keuangan untuk pengajaran mereka.

Keadaan masalah menghantui penulis di desa halaman. Penulis tidak tega menyaksikan kerutan tulang pipi orangtua dalam memberikan nafkah kami sekeluarga. Pada akhirnya, penulis memilih untuk menggantikan pekerjaan orangtua dalam memenuhi keperluan dapur keluarga. Opsi ini berat. Tetapi, penulis sebagai anak pertama bertanggungjawab untuk orangtua dan pengajaran adik-adik.

6 tahun penulis tinggalkan desa halaman tersayang. Budaya hedonisme kota Metropolitan nyaris menggeret penulis ke dalamnya. Tetapi, disaat penulis ingin berpenampilan seperti beberapa anak kota Metropolitan biasanya, muka orangtua dan pengajaran adik-adik selalu terpikir, terngiang di lubuk hati penulis. Penulis harus meredam semua bujukan, untuk kebahagiaan keluarga tersayang.

Waktu 6 tahun bukan waktu sesaat jika dikalkulasikan dalam matematika. Penulis melalui karier apa untuk kebahagiaan orangtua dan pengajaran adik-adik. Puji Tuhan, penulis sukses menyekolahkan adik ke-2 sampai tamat SMA bulan Juni 2020.

“Sesudah tamat SMA, adik penulis menjelaskan, kakak saya ingin meneruskan pengajaran S1.”

Saat yang bertepatan, penulis harus mengurusi diri kita. Terhitung karier, tanggung jawab ke berbelanja bulanan orangtua di desa halaman. Jujur sebagai anak sulung, penulis selalu rindukan figur kakak. Ingin bagaimana kembali, penulis saksikan ke atas tidak ada figur yang memerhatikan, mengasihi.

Seperti, perhatian penulis ke adik-adik, disaat penulis menyaksikan ke bawah. Irama tangga suara kehidupan memang kebalik dengan mimpi. Jika hidup seperti sebuah cerpen, yang didengar merdu dan syahdu, penulis ialah orang pertama yang telah meraihnya.

Menjaga orangtua dengan semua kebatasan penulis kadang memberi penekanan mental untuk penulis sendiri. Di mana, melalui karier kadang tidak tentu dan pasti. Keadaan ini selalu memberi hati bersalah, jika tiap bulan, berbelanja bulanan orangtua tidak diakuratin. Hal pertama yang ada di pikiran penulis ialah perasaan menyesal dan tidak bermanfaat.

Scroll to top
error: Content is protected !!